Perkembangan teknologi pemanfaatan
energi samudera khususnya arus laut sebagai energi baru terbarukan di
dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan meningkatnya
tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir serta
semakin maraknya issu pemanasan global yang mendorong untuk membatasi
penggunaan bahan bakar hidrokarbon.
Prinsip yang dikembangkan pada aplikasi
teknologi pemanfaatan energi dari laut adalah melalui konversi tenaga
kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik. Tercatat beberapa negara
telah berhasil melakukan instalasi pembangkit energi listrik dengan
memanfaatkan energi arus dan pasang surut, mulai dari prototype turbin
hingga mencapai turbin skala komersial dengan kapasitas 1,2 MW/turbin,
seperti di Skotlandia, Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia
Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Potensi Energi Arus Laut di Perairan Indonesia
Kecepatan arus pasang-surut di
pantai-pantai perairan Indonesia umumnya kurang dari 1,5 m/detik,
kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa
Tenggara Timur, kecepatannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m/detik.
Arus pasang-surut terkuat yang tercatat
di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di
Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, dengan kecepatan 5,0 m/detik.
Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air
di lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi pada lapisan yang
lebih dalam. Kelebihan karakter fisik ini memberikan peluang yang lebih
optimal dalam pemanfaatan konversi energi listrik.
Konversi Energi Arus Laut Menjadi Listrik
Pada dasarnya, arus laut merupakan
gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi
kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin
pembangkit listrik. Secara global laut mempunyai sumber energi yang
sangat besar yaitu mencapai 2,8 x 1014 (280 Triliun)
Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk dikembangkan
sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil dan dapat
diprediksi karakteristiknya.
Pengembangan teknologi ekstraksi energi
arus laut ini dilakukan dengan mengadopsi prinsip teknologi energi angin
yang telah lebih dulu berkembang, yaitu dengan mengubah energi kinetik
arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Daya yang dihasilkan
oleh turbin arus laut jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan
oleh turbin angin, karena rapat massa air laut hampir 800 kali rapat
massa udara. Kapasitas daya yang dihasilkan dihitung dengan pendekatan
matematis yang memformulasikan daya yang dihasilkan dari suatu aliran
fluida yang menembus suatu permukaan A dalam arah yang tegak lurus
permukaan. Rumus umum yang digunakan adalah formulasi Fraenkel (1999):
12P= 12 Ï A V3 '>, dimana P= daya (watt); ρ= rapat massa air (kg/m³); A= luas penampang (m²); dan V= kecepatan arus (m/s).
Road Map Penelitian dan Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia
Penelitian karakteristik
arus laut yang telah dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL)
diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi
ITB. Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler
Current Profiler) di Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan
rencana penyiapan lokasi dan instalasi untuk Turbin Kobold buatan Italia
yang berkapasitas 300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan
Teknologi.
Tahun 2006 - 2010 telah dilaksanakan
penelitian karakteristik arus laut di berbagai selat di Nusa Tenggara
yaitu Selat Lombok , Selat Alas, Selat Nusa Penida, Selat Flores, dan
Selat Pantar.
Prototipe turbin pertama telah dibangun
secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-Files ITB dan PT Dirgantara
Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model turbin Gorlov skala
kecil (0,8 kW/cel). Perangkat pembangkit listrik ini selanjutnya telah
diuji-coba di kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan
uji lapangan tahun 2009 di Selat Nusa Penida sehingga telah berhasil
memperoleh "proven design".
Diharapkan pada tahun 2025 energi
listrik tenaga arus laut yang dihasilkan dari berbagai pembangkit
(PLTAL) akan mencapai 5% dari sasaran kebijakan energi 25% bauran energi
Indonesia, sesuai visi bauran energi 25-25.
Road map lengkap tentang capaian
pemanfaatan prospek energi arus laut di Indonesia yang terdiri dari fase
penelitian dan pengembangan, fase prototipe, sampai fase pembangunan
turbin pembangkit skala komersial diperlihatkan seperti pada road map
di bawah ini.
0 komentar:
Post a Comment
Tulis komentar anda disini...