Perajin menyelesaikan pembuatan patung yang terbuat dari serbuk penggergajian dan limbah kayu, di Desa Glonggong, Kec. Dolopo, Kab. Madiun, Jatim, Sabtu (2/6). FOTO ANTARA/Fikri Yusuf/ed/mes/12

Kudus, Antara Jateng - Limbah kayu dari pengrajin mebel dan ukir yang selama ini dianggap tak bernilai dan banyak yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar, ternyata bisa disulap menjadi kerajinan unik yang lebih bernilai.


Produk kerajinan yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, itu, berupa miniatur gazebo, gebyok, dan joglo yang harga jualnya antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Hernawan, pengrajin miniatur rumah adat Kudus dari Desa Kaliwungu di Kudus, Selasa, mengungkapkan, pembuatan miniatur gazebo, gebyok dan joglo berawal dari kesulitan yang dialami dirinya bersama teman-temannya ketika mengikuti pameran kerajinan.

"Setiap kali mengikuti pameran, harus membawa kerajinan gebyok yang ukurannya cukup besar," ujarnya.

Selain mengalami kesulitan dalam proses pengirimannya, kata dia, biaya transportasi menuju lokasi pameran juga cukup mahal.

Akhirnya, kata dia, muncul ide untuk membuat miniatur gebyok, kemudian dikembangkan membuat miniatur gazebo dan joglo.

Karena banyak limbah kayu hasil pembuatan mebel dan ukir tidak terpakai, akhirnya Hernawan mencoba memanfaatkannya untuk dibuat miniatur gebyok.

Dalam membuat miniatur gebyok, dirinya dibantu temannya yang juga ahli di bidang pembuatan mebel dan ukir.

Lamanya pengerjaan untuk membuat satu unit miniatur gebyok tersebut, Hernawan membutuhkan waktu sekitar lima hari.

"Modal yang dikeluarkan sebetulnya tidak besar karena bahan baku kayunya merupakan limbah yang tidak bernilai, sedangkan lem untuk merekatkan kayu agar membentuk miniatur gebyok memang beli dengan harga yang tidak mencapai Rp50 ribuan," ujarnya.

Setelah sukses membuat miniatur gebyok, kemudian dilanjutkan dengan uji coba membuat miniatur gazebo serta joglo.

"Dalam waktu dekat juga akan membuat miniatur rumah adat Kudus yang di dalamnya terdapat gebyok dan joglo," ujarnya.

Jika membuat miniatur gebyok hanya butuh waktu lima hari, tidak demikian dengan pembuatan miniatur joglo dan gazebo karena masing-masing dibutuhkan waktu sembilan hari dan 11 hari.

Kerajinannya itu, kini rutin diikutkan dalam pameran produk kerajinan tangan yang digelar oleh Pemkab Kudus maupun Pemprov Jateng di berbagai daerah.

Pameran yang pertama kali diikuti, yakni ketika ada kirab budaya di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus, pada tahun 2011.

"Kini sudah sering ikut pameran, meskipun pemesanya belum banyak," ujarnya.

Respons masyarakat terhadap miniatur gazebo, gebyok serta joglo, kata dia, cukup bagus dan banyak yang menyatakan minatnya, terutama dari instansi pemerintah yang siap memesan sebagai cendera mata bagi tamu dari daerah lain.

Harga jual untuk miniatur gazebo Rp1,2 juta, joglo Rp1,1 juta dan gebyok Rp500 ribu.

Butuh Jaringan Pemasaran
Pengrajin miniatur gazebo, gebyok dan joglo yang ada di Desa Kaliwungu tersebut, mengaku tidak kesulitan mendapatkan bahan baku karena sejumlah pengrajin mebel dan ukir juga banyak yang menawarkan limbah kayunya untuk dijadikan cindera mata.

Hanya saja, Hernawan mengaku, masih membutuhkan jaringan pemasaran yang handal agar pemesannya juga banyak sehingga biaya pembuatannya jauh lebih murah.

"Maklum saja, pekerjaan utama saya sebagai pengrajin mebel dan ukir sedangkan pembuatan miniatur gazebo, gebyok dan joglo merupakan pekerjaan sampingan," ujarnya.

Apabila pesanannya cukup banyak, dia tentunya akan mempekerjakan masyarakat sekitar yang selama ini memang banyak yang memiliki keahlian di bidang pembuatan mebel dan ukir.

Sekretaris Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Kudus Bambang Tri Waluyo menganggap, munculnya pelaku usaha baru di Desa Kaliwungu sebagai cikal bakal lahirnya pengrajin gebyok khas Kudus perlu dikembangkan.

"Kami siap memfasilitasi pengrajin tersebut untuk ikut pameran agar dilebih dikenal sehingga ketika banyak pemesannya tentu akan menciptakan lapangan kerja baru bagi warga setempat," ujarnya.

Apalagi, lanjut dia, desa setempat juga sebagai desa wisata sehingga upaya pengembangan potensi yang ada juga perlu dilakukan.

Ia mempersilakan, masyarakat sekitar yang memang memiliki minat di bidang mebel dan ukir untuk mengajukan proposal mengikuti pelatihan yang nantinya bisa diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Kudus.

Hanya saja, lanjut dia, pelatihan tersebut baru bisa diselenggarakan pada tahun depan, termasuk kemungkinan memberikan bantuan peralatan pendukung kerja mereka.


Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © 2015

0 komentar:

Post a Comment

Tulis komentar anda disini...

 
Top