English: Karanganyar station in Kebumen Regency, Central Java. Front view. Bahasa Indonesia: Stasiun KA Karanganyar, dekat Kebumen, Jawa Tengah. Dari depan. (Photo credit: Wikipedia) |
Tim Antiteror Polri menangkap 13 orang terduga teroris dan menembak mati tujuh lainnya di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Juru bicara Kepolisian Republik Indonesia Brigjen
Boy Rafli Amar di Jakarta, Kamis (9/5) menjelaskan, sejak Rabu, tim
Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri melakukan penggerebekan
kelompok terduga teroris di Jakarta, Bandung, Kendal dan Kebumen.
Sebanyak 20 orang terduga teroris ditangkap dalam operasi tersebut,
tujuh orang diantaranya tewas dalam kontak senjata, ujar Boy.
Menurut Boy, dalam penggerebekan di Jakarta seperti di Meruya, Serpong,
Pondok Aren dan Ciputat, serta di Tangerang, ditangkap lima orang
bernama Faisal alias Boim, Endang, Agung, Agus Widharto, dan Iman.
Di Kendal, Densus menangkap dua orang bernama Puryanto dan Iwan. Seorang
lagi, Abu Roban, tewas tertembak. Adapun di Kebumen, empat orang
ditangkap yaitu Farel, Wagiono, Slamet, dan Budi.
“Ada lagi tiga orang tewas tertembak bernama Bastari, Toni, dan Bayu
alias ucup. Di Bandung, tertangkap dua orang bernama William Maksum
alias Acum alias Dadan, dan Haris Fauzi alias Jablud. Tiga lagi tewas
tertembak bernama Budi alias Angga, Junet alias Encek, dan Sarame,”
ujarnya.
Boy menambahkan, dari lokasi penggerebekan di Jakarta, tim Densus 88
menemukan satu pistol jenis revolver dan 20 butir peluru, beberapa
perhiasan, laptop, telepon genggam, uang hasil perampokan sekitar Rp 30
juta.
Sementara di Kendal, Jawa tengah, tambah Boy, tim Densus menemukan satu
pistol jenis FN dan enam butir peluru, satu pistol jenis revolver dan
tiga butir peluru, laptop, dan flash disk.
Lalu di Kebumen barang bukti yang ditemukan berupa tiga pistol jenis
revolver serta 54 butir peluru, tiga bom pipa, satu granat manggis,
empat sepeda motor, laptop, lima telepon genggam, dua handy talky, peta
dan denah sketsa target.
Dan di Bandung lanjut Boy, ditemukan barang bukti berupa pistol jenis
browning rakitan, satu buah magazin, amunisi kaliber 3.8 spc sebanyak
200 butir, amunisi 9 mm 80 butir, uang tunai Rp 6 juta, pisau, dua
telepon genggam, satu unit kamera, modem dua unit, dan satu pistol jenis
revolver.
Kelompok terduga teroris ini, menurut Boy, merupakan kelompok pimpinan
Abu Roban yang merupakan bagian dari gerakan aksi teror di Poso,
Sulawesi Tengah, pimpinan Santoso. Santoso dan beberapa lainnya hingga
kini masih menjadi buron terduga teroris, ujarnya.
“Abu Roban yang kita duga adalah pimpinan kelompok ini, adalah bagian
dari gerakan aksi teror yang berada di Poso pimpinan Santoso yang saat
ini masih buron bersama dengan Autat Rawa. Jadi kalau kita liat mulai
dari Abu Omar kemudian yang terkait dengan Tambora, Beji Depok, dan di
desa Mustika Jaya Bekasi Timur, lalu yang terakhir ini. Jadi ini
pengembangan dari sebelumnya. Sel-sel jaringan teroris ini terus
berkembang. Kita liha banyak wajah-wajah baru,” ujar Boy.
Dalam aksinya, tambah Boy, kelompok ini lebih pada pencarian dana dengan
melakukan perampokan di lebih dari tiga bank. Total hasil perampokan
itu sekitar Rp 1,8 miliar untuk pembiayaan pelatihan kelompok teroris di
Poso.
Abu Roban dan Sugiyanto sebelumnya terlibat dalam perampokan toko emas
di Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat beberapa waktu lalu dan
perampokan di Bank DKI. Abu Roban juga terkait kelompok Abu Omar,
pemasok senjata dari Filipina.
Munculnya muka baru hasil rekrutan dari jaringan lama membuat miris
beberapa kalangan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Ansyad Mbai kepada VOA melihat masih ada kelemahan di perangkat
perundang-undangan terkait pencegahan aksi terorisme.
“Mestinya kalau kita mau betul-betul memberantas terorisme,
kegiatan-kegiatan awal yang memprovokasi terjadinya terorisme itu harus
bisa kita hentikan dengan dasar hukum. Tapi dasar hukum untuk itu kita
belum punya. Jadi dasar hukum kita untuk ini adalah yang paling lembek
dalam menghadapi aksi teroris,” ujarnya.
Ansyad menambahkan, dalam kurun waktu 13 tahun sudah 840 orang pelaku
teror di Indonesia yang ditangkap. Sekitar 60 orang diantaranya ditembak
mati di lokasi karena melawan petugas.
0 komentar:
Post a Comment
Tulis komentar anda disini...